Banjir sudah menjadi hal yang biasa terjadi di Jakarta karena banjir di Jakarta sebenarnya bukan hanya terjadi pada dekade belakangan ini. Dalam sejarahnya, ketika jakarta masih disebut Batavia, kota ini sudah pernah dilanda banjir. Antara lain pada tahun 1621,1654,1873, dan tahun 1918 pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pada zaman pemerintahan kolonia Belanda, frekuensi banjir datang setiap dua puluh tahun sekali, kemudian menjadi setiap 10 tahun sekali, kemudian menjadi lima tahun sekali dan kini menjadi setahun sekali. Menurut catatan, banjir di Batavia tahun 1918 merupakan banjir terbesar, setelah sebelumnya banjir juga merendam Batavia tahun 1878. Saat itu dilaporkan, selama 40 hari, hujan turun terus-menerus, tapi dampaknya tidak sedahsyat tahun 1918.
Dari tahun ke tahun, Pemerintah kota Jakarta terus mencoba untuk menangani banjir. Joko Widodo yang kini menjabat sebagai Gubernur kota Jakarta, berupaya cukup keras untuk menangani banjir di kota Jakarta. Dan upaya yang sudah dapat terlihat yaitu titik banjir di wilayah Jakarta menurun. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta menyatakan titik banjir di era kepemimpinan Joko Widodo menurun. Titik banjir saat ini 35 titik, sementara sebelum kepemimpinan Joko Widodo, titik banjir di Jakarta sebanyak 75 titik. Kemudian memasuki era kepemimpinan Fauzi Bowo atau Foke, titik banjir berkurang menjadi 62 titik.
Selama periode 2011-2016, Kementerian Pekerjaan Umum memiliki enam pekerjaan dalam kaitan dengan penanganan banjir di Jakarta. Enam pekerjaan ini setidaknya bisa meringankan tugas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, bila dikerjakan serentak. Keenam proyek penanganan banjir tersebut terdiri atas normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan kali Sunter, penambahan pintu air manggarai dan pintu air Karet, optimalisasi kanal Banjir Barat (KBB); normalisasi Kali Ciliwung lama; Jakarta Eergency Dredging Initiative(JEDI) atau Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP); normalisasi Kali Ciliwung; dan sodetan Kali Ciliwung-Kanal Banjir Timur.
Walaupun Pemerintah terus berupaya untuk menangani banjir, warga Jakarta diharapkan tidak terus mengeluh kepada Pemerintah karena banjir karena banjir bukan hanya kesalahan dari Pemerintah saja, tetapi juga dari kesalahan masyarakat yang suka membuang sampah di kali. Maka dari itu, Pemerintah juga butuh dukungan dari warga Jakarta dalam menangani banjir seperti tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon disekitar rumah untuk penyerapan air, membersihkan selokan yang tersumbat oleh sampah, dan masih banyak lagi.
Referensi :
- http://books.google.co.id/books?id=O0cRVmdVTOYC&pg=PA6&lpg=PA6&dq=banjir+lima+tahun+sekali+di+jakarta+pada+tahun&source=bl&ots=Q6bkTDifIE&sig=m-SqkamyEcVqAq8ehGnBSlXiZEs&hl=id&sa=X&ei=NMHkUqG9Jo71iQeGroDoCw&redir_esc=y#v=onepage&q=banjir%20lima%20tahun%20sekali%20di%20jakarta%20pada%20tahun&f=false
- http://www.beritasatu.com/megapolitan/160507-titik-banjir-menurun-bukti-efektifnya-kerja-jokowiahok.html
- http://www.iradiofm.com/intermezzo/serba-serbi/273-serbaserbi-jakarta/6213-inilah-6-proyek-banjir-yang-dapat-meringankan-kerja-jokowi
Dari tahun ke tahun, Pemerintah kota Jakarta terus mencoba untuk menangani banjir. Joko Widodo yang kini menjabat sebagai Gubernur kota Jakarta, berupaya cukup keras untuk menangani banjir di kota Jakarta. Dan upaya yang sudah dapat terlihat yaitu titik banjir di wilayah Jakarta menurun. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta menyatakan titik banjir di era kepemimpinan Joko Widodo menurun. Titik banjir saat ini 35 titik, sementara sebelum kepemimpinan Joko Widodo, titik banjir di Jakarta sebanyak 75 titik. Kemudian memasuki era kepemimpinan Fauzi Bowo atau Foke, titik banjir berkurang menjadi 62 titik.
Selama periode 2011-2016, Kementerian Pekerjaan Umum memiliki enam pekerjaan dalam kaitan dengan penanganan banjir di Jakarta. Enam pekerjaan ini setidaknya bisa meringankan tugas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, bila dikerjakan serentak. Keenam proyek penanganan banjir tersebut terdiri atas normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan kali Sunter, penambahan pintu air manggarai dan pintu air Karet, optimalisasi kanal Banjir Barat (KBB); normalisasi Kali Ciliwung lama; Jakarta Eergency Dredging Initiative(JEDI) atau Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP); normalisasi Kali Ciliwung; dan sodetan Kali Ciliwung-Kanal Banjir Timur.
Walaupun Pemerintah terus berupaya untuk menangani banjir, warga Jakarta diharapkan tidak terus mengeluh kepada Pemerintah karena banjir karena banjir bukan hanya kesalahan dari Pemerintah saja, tetapi juga dari kesalahan masyarakat yang suka membuang sampah di kali. Maka dari itu, Pemerintah juga butuh dukungan dari warga Jakarta dalam menangani banjir seperti tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon disekitar rumah untuk penyerapan air, membersihkan selokan yang tersumbat oleh sampah, dan masih banyak lagi.
Referensi :
- http://books.google.co.id/books?id=O0cRVmdVTOYC&pg=PA6&lpg=PA6&dq=banjir+lima+tahun+sekali+di+jakarta+pada+tahun&source=bl&ots=Q6bkTDifIE&sig=m-SqkamyEcVqAq8ehGnBSlXiZEs&hl=id&sa=X&ei=NMHkUqG9Jo71iQeGroDoCw&redir_esc=y#v=onepage&q=banjir%20lima%20tahun%20sekali%20di%20jakarta%20pada%20tahun&f=false
- http://www.beritasatu.com/megapolitan/160507-titik-banjir-menurun-bukti-efektifnya-kerja-jokowiahok.html
- http://www.iradiofm.com/intermezzo/serba-serbi/273-serbaserbi-jakarta/6213-inilah-6-proyek-banjir-yang-dapat-meringankan-kerja-jokowi
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar